Saturday, November 5, 2011

Buta




Aku mengenal tempias ini. Sama seperti saat aku menerbangkan kertas-kertas bertulis lagu untukmu, dulu. Saat aku masih tersudut dalam ragu, mereka yang tak kukenal mengharap berjalan di setiap cahaya, menuntun langkahku pada lautan tanpa mengartikan daratan.

Dendam menerjemahkan pagi dan malam, memetik setangkai mawar untuk kusimpan di pembaringan. Pengganti kayu yang mengabu, di dalam terik ceritamu. Kutemukan secarik puisi yang kau simpan erat, jauh diantara nafas yang tercekat.

Aku mengenal perasaan ini, masih sama seperti musim-musim silam. Aku merindukanmu lagi, aku menjatuhkan diriku lagi. Berlutut pada kesepian yang agung, dan melupakan kemana aku harus memuja. Resahku ada pada setiap retak dalam sejarahmu, menghantuimu sepanjang usia. Dan bukan sekedar persinggahan, ia kan mendekapmu sampai waktunya Apakah kelak aku kan membuka mata?

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search